Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 Februari 2011

BENTENG KUTO BESAK









Bangunan ini dibangun selama 17 tahun dimulai pada tahun 1780 dan diresmikan pemakainnya pada hari Senin tanggal 21 Februari 1797.
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang.
Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besar di prakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan Internasional serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Benteng Kuto Besak mempunyai ukuran panjang 288,75 meter, lebar 183.75 meter dan tinggi 9.99 meter (30 kaki) serta tebal 1.99 meter (6 kaki) disetiap sudutnya terdapat bastion yang terletak di sudut barat laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion lainnya
Tiga bastion yang sama tersebut merupakan cirri khas bastion Benteng Kuto Besak disisi Timur dan Selatan dan Barat terdapat pintu masuk benteng, pintu gerbang utama yang menghadap sungai musi disebut Lawang Kuto dan pintu masuk lainnya disebut Lawang Buritan.

Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Musi dan bangunan- bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.

WISATA PULAU KEMARAU, PALEMBANG

Mitos Pulau Kemarau
Pulau Kemarau adalah salah satu delta yang ada di Sungai Musi. Pulau Kemarau menjadi spesial bagi warga Palembang, khususnya penganut agama Budha karena keberadaan pagoda yang dibangun mulai tahun 2006 dan mitos / sejarah / legenda Pulau Kemarau itu sendiri.
Menurut legenda (sebagian meyakini sebagai sejarah) masyarakat setempat konon delta ini timbul sebagai bukti cinta Putri Siti Fatimah (salah satu putri Raja Sri Vijaya) kepada calon suaminya. Ceritanya sendiri agak mirip dengan cerita Romeo & Juliet atau Sampek Eng Tay.
Konon pada akhir kerajaan Sri Vijaya (sekitar akhir abad 14) ada seorang pangeran dari Negeri Cina (lupa namanya) datang untuk belajar ke Sri Vijaya yang saat itu memang terkenal sebagai kota pendidikan. Selama berada di Sri Vijaya pangeran itu berkenalan dan jatuh hati kepada Siti Fatimah yang putri Raja Sri Vijaya. Untuk mengikat hubungan cinta mereka sang pangeran pun meminang sang putri. Gayung pun bersambut, pinangan sang pangeran diterima oleh sang putri dan keluarganya.
Untuk melengkapi pinangannya sang pangeran pun mengutus perwira pengawalnya (namanya lupa) pulang ke Cina untuk meminta cindera mata kepada bapaknya (namanya lupa). Selang berapa lama sang perwira pengawalnya datang kembali ke Sri Vijaya dengan membawa cindera mata dalam kapal beserta hulubalangnya. Tanpa sepengetahuan sang perwira pengawal dan hulubalangnya, rupanya ketika di Cina, orang tua sang pangeran menyamarkan guci, keramik dan uang cina (emas atau perak yang berbentuk perahu, kalo ga salah namanya Tael, cmiiw) dibawah tumpukan sayur dan buah-buahan. Maksudnya untuk kejutan kepada calon mantu ketika menerima buah pinangan sang pangeran.
Ketika kapal akan sandar sang pangeran memeriksa kapal untuk meyakinkan isinya sesuai yang dia harapkan. Tapi ternyata yang keliatan oleh hanya sayuran, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Sang Pangeran pun panik, karena dia berharap orang tuanya mengirimi dia tael untuk menyenangkan sang putri. Setelah dia mengobrak-abrik kapal sampai putus asa dengan harapan menemukan tael diatara hasil bumi, akhirnya dia marah besar karena malu, dia melempar semua muatan kapal ke Sungai Musi dan menenggelamkan beberapa kapalnya. Ketika sebagian besar hasil bumi sudah dibuang ke sungai baru tampak oleh sang pangeran ada tael diantara hasil bumi tersebut.
Merasa menyesal sudah membuang semua sang pangeran menyuruh seluruh hulu balangnya untuk mengambil sayuran yang sudah terlanjur dibuang ke Sungai Musi. Karena arus bawah Sungai Musi yang deras sebagian besar hulu balangnya mati tenggelam dan hanyut terbawa arus. Sang Pangeran pun kemudian menyuruh perwira pengawalnya untuk menyusul mengambil kembali tael yang sudah terlanjur dibuang ke sungai, dan seperti hulubalang lainnya, sang perwira pengawal pun tidak pernah timbul lagi ke permukaan Sungai Musi.
Merasa penasaran dan tambah panik akhirnya Sang Pangeran ikut nyebur untuk mengambil sendiri buah pinangan dari dasar Sungai Musi. Tapi seperti halnya hulubalang dan perwira pengawalnya, sang pangeran pun tidak pernah timbul lagi ke permukaan sungai. Melihat kejadian itu sang putri ikut panik karena calon suaminya tidak timbul lagi ke permukaan sungai, dia pun ikut nyebut untuk menolong calon suaminya. Tapi sang putri pun tidak pernah timbul lagi ke permukaan sungai. Tidak lama berselang dari tenggelamnya sang putri dari dasar sungai timbul gundukan tanah ke permukaan sungai yang akhirnya menjadi cikal bakal delta Pulau Kemarau ini. Atas kejadian itu masyarakat pun meyakini kalau gundukan tanah itu merupakan nisan sepasang kekasih itu. Lama kelamaan, seiring berjalannya waktu gundukan tanah itu makin membesar dan jadilah delta seperti sekarang ini. Nama “Pulau Kemarau” ini sendiri diberikan oleh masyarakat setempat karena pulau ini selalu kering dan tidak pernah hilang tenggelam, bahkan ketika air Sungai Musi pasang besar sekalipun.
Tempat ini menjadi spesial bagi masyarakat Tionghoa karena cerita yang melatarbelakangi pembentukan delta itu sendiri. Makanya ketika hari raya Imlek banyak wakrga Tionghoa yang datang kesini untuk sembahyang atau mengenang kejadian tersebut atau sekedar berwisata.



Myth Island Drought Drought is one of the island in the delta of the Musi River. Dry Island is special for the citizens of Kilkenny, in particular because of the existence of Buddhist pagoda which was built starting in 2006 and the myth / history / legend of the Dry Island itself.
According to legend (some believe as history), local people reputedly delta arose as proof of love Princess Siti Fatimah (one of the daughters of King Sri Vijaya) to prospective husbands. The story itself is somewhat similar to Romeo & Juliet story or Sampek Eng Tay.
It is said that at the end of the kingdom of Sri Vijaya (around the late 14th century) there was a prince of Chinese Affairs (forgot his name) came to learn to Sri Vijaya who was indeed known as a city of education. During their stay in Sri Vijaya prince met and fell in love with Siti Fatimah the daughter of King Sri Vijaya. To bind their love affair was the prince's hand in marriage of the princess. Scoop was intercepted, the prince's proposal accepted by the princess and her family.
To complete the courtship, the prince was sent officers guard (forgot his name) returned to China to request a souvenir to his father (forgot his name). Lapse of how long the officers bodyguard came back to Sri Vijaya by bringing souvenirs in the boats and hulubalangnya. Unbeknownst to the officers and hulubalangnya bodyguard, apparently while in China, parents of the prince disguises jars, pottery and china money (gold or silver boat-shaped, kalo ga wrong name tael, CMIIW) under piles of vegetables and fruits. That is to surprise the candidates-in-law when he received the fruit of the prince's proposal.
When the ship will dock the prince inspect the vessel to ensure its contents as she expected. But it turns out that plasticity by only vegetables, fruits and other agricultural products. The Prince was panic, because he wished his parents sent him taels to please the princess. After he ransacked the ship until the desperate hope of finding tael diatara crops, eventually he was furious with embarrassment, she threw all the cargo ship into the Musi River and sank several ships. When most of the earth has been thrown into the river by the prince's new look is taels of these crops.
Feeling sorry I get rid of all the prince told the entire upstream balangnya to take vegetables which had already discharged into the Musi River. Because the bottom of the Musi River that flows swift upstream balangnya mostly drowned and washed away. The Prince was then told officers following a bodyguard to take back the tael is already thrown into the river, and like any other commander, the centurion guards were never arise again to the surface of the Musi River.
Feeling curious and added panic eventually join Prince nyebur proposal to take their own fruit from the bottom of the Musi River. But like the commander and officers bodyguards, the prince has never arise again to the river surface. Seeing the incident panic because the princess joined her future husband did not arise again to the surface of the river, he, too, mention to help her future husband. But the princess had never arise again to the river surface. Not long ago from the sinking of the princess from the bottom of the river arising mound to the surface of the river which eventually became the forerunners of the delta island this drought. The incident does society believe that it is a grave mound lovers. Gradually, over time the mound and be the delta continues to expand today. The name "Dry Island" itself is given by the local community because the island is always dry and never gone down, even when a large tide Musi River water though.
This place is special for the Chinese community because of the story behind the formation of the delta itself. So when the day of Chinese New Year wakrga many Chinese who come here to pray or remember these events or just sightseeing.
 



Minggu, 30 Januari 2011

SUNGAI MUSI

Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.
Di tepi Sungai Musi terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan: Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sungai Musi, bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang.

Sungai Musi dengan Jembatan Ampera sebagai latar belakang
Mata airnya bersumber di daerah Kepahiang, Bengkulu. Sungai Musi disebut juga Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi. Adapun delapan sungai tersebut adalah :
  1. Sungai Komering
  2. Sungai Rawas
  3. Sungai Leko
  4. Sungai Lakitan
  5. Sungai Kelingi
  6. Sungai Lematang
  7. Sungai Semangus
  8. Sungai Ogan
Lahan seluas 3 juta ha di daerah aliran sungai (DAS) Musi dianggap kritis akibat maraknya penebangan liar. Kondisi ini dapat memicu banjir bandang dan tanah longsor.

Obyek wisata di tepi Sungai Musi


  • Jembatan Ampera
  • Benteng Kuto Besak
  • Restoran terapung Riverside
  • Restoran terapung Warung Legenda
  • Rumah Rakit
  • Pulau Kemaro
  • Bagus Kuning
  • Sungai Gerong
  • Pasar 16

PETA WISATA SUMSEL

SELAMAT DATANG DI WISATA BUMI SRIWIJAYA
KAMI MELAYANI ANDA UNTUK PERJALANAN WISATA KESELURUH OBYEK WISATA SUMATERA SELATAN.
KAMI JUGA MENYEDIAKAN SOUVENIR KHAS DAERAH SUMATERA SELATAN.
UNTUK INFO LENGKAP HUBUNGI KAMI DI 081803888480